Powered by Blogger.
TULISAN TERPOPULER
-
Definisi Sembahyang Salah satu hakekat inti ajaran agama adalah sembahyang. Menurut kitab Atharwa Weda XI. 1.1, unsur iman atau Sraddha d...
-
( Om Nama Shivaya / Om Nama Sivaya / Om Nama Siwaya) merupakan mantra panca aksara yang secara khusus ditunjukan kepada Shiva / Siva / Siw...
-
Hai guys, udah tau belum kalau dalam agama Hindu ada 4 cara untuk menuju Tuhan (MOKSA) yang tidak ada di agama lain. Agama Hindu percaya aka...
-
Peradah DPP Jawa Tengah: Bhagawad Gita - Lengkap ( Bahasa Indonesia ) Bhagawad Gita - Lengkap ( Bahasa Indonesia ) Bhagawad Gita (Bahasa I...
-
Cakra yang berdaun bunga dua disebut Ajna, terletak di antara kedua alis mata dan memiliki aksara ham dan ksam. Pimpinannya disebut Sukla ...
-
1. ! Aplikasi mPeradah (tanya-jawab dan Doa Sehari-hari di HP & by sudane Download Now 2. ! eBook t...
-
Agama Hindu merupakan agama yang mempunyai usia tertua dan merupakan agama yang pertama kali dikenal oleh manusia. Agama Hindu pertama kal...
-
Hindu mengajarkan bahwa di keseluruhan alam semesta ini berlaku dua hukum semesta, yaitu Hukum Karma [hukum yang mengatur mahluk, jalan hi...
-
Om Swastyastu http://www.babadbali.com/canangsari/pa-catur-marga.htm Hindu mengenal 4 (empat) jalan (Marga) menuju kepada Tuhan (Hyang Wi...
-
Tempat suci adalah tempat yang dibangun secara khusus menurut peraturan-peraturan yang telah ditentukan secara khusus pula. Tempat suci adal...
Umat Hindu pemuja arca, ataukah penyembah berhala?
Konsep pemujaan terhadap murti atau arca Tuhan dan berbagai penjelmaan-Nya merupakan ciri pokok cara sembahyang dalam agama Hindu. Sebaliknya, dalam ajaran agama lain cara tersebut dipandang sebagai sebuah jalan kesesatan. Cara sembahyang Hindu dituduh sebagai pemujaan berhala. Celakanya, pemujaan terhadap berhala inilah yang sering dijadikan sebagai alasan untuk "menyelamatkan" orang-orang Hindu.
Berbagai pertanyaan memang mencuat ketika orang melihat cara orang Hindu memuja Tuhan mereka. Masak sih, Tuhan seperti batu? Tidakkah berarti kita membatasi Tuhan kalau Tuhan kita puja dalam wujud tertentu? Apakah bukan pelecehan besar kalau kita mempersamakan Tuhan dengan benda-benda ciptaan-Nya? Apakah Tuhan orang Hindu terus-menerus lapar, hingga tiap hari harus disuguhi aneka makanan? Apalagi kalau mereka melihat banten-banten di Bali yang diselipi Coca Cola atau Sprite serta buah-buahan serba impor. Maka komentar miring seperti "Wah, tinggi juga selera Tuhan orang Hindu, ya?" tak terelakkan. Lalu muncullah berbagai pertanyaan teologis yang acapkali memojokkan.
Berbagai pertanyaan memang mencuat ketika orang melihat cara orang Hindu memuja Tuhan mereka. Masak sih, Tuhan seperti batu? Tidakkah berarti kita membatasi Tuhan kalau Tuhan kita puja dalam wujud tertentu? Apakah bukan pelecehan besar kalau kita mempersamakan Tuhan dengan benda-benda ciptaan-Nya? Apakah Tuhan orang Hindu terus-menerus lapar, hingga tiap hari harus disuguhi aneka makanan? Apalagi kalau mereka melihat banten-banten di Bali yang diselipi Coca Cola atau Sprite serta buah-buahan serba impor. Maka komentar miring seperti "Wah, tinggi juga selera Tuhan orang Hindu, ya?" tak terelakkan. Lalu muncullah berbagai pertanyaan teologis yang acapkali memojokkan.
Kata Arca asalnya dari bahasa Sansekerta yang sudah diserap kedalam bahasa Indonesia. Nama lain arca adalah murti atau pratima. Dalam bukunya Darshan : Seeing the Divine Image in India, Profesor Diana Eck dari Harvard University, Amerika menuliskan sebagai berikut :
"Seperti halnya istilah ikon menunjukkan makna 'keserupaan' begitu pula kata-kata pratikrti dan pratima dalam bahasa Sansekerta mengandung makna 'keserupaan' antara gambar atau patung dengan dewata yang dilambangkannya. Namun kata yang umun digunakan untuk menyebut patung seperti itu adalah murti yang didefinisikan sebagai 'segala sesuatu yang memiliki bentuk dan batas tertentu,' 'suatu bentuk, badan, atau figur, ' ' sebuah perwujudan, penjelmaan, pengejewantahan.' Jadi murti lebih dari sekedar 'keserupaan', melainkan dewata sendiri yang telah mewujud,....Pemakaian kata murti dalam berbagai Upanisad dan "Bhagavad-gita" menunjukkan bahwa bentuk atau wujud itu adalah hakekat atau esensinya. Nyala api adalah murti dari api, dan sebagainya...."
Sayangnya, setelah diserap dalam bahasa Indonesia, kata arca kemudian dimaknai identik dengan kata patung atau berhala, dan sering berkonotasi negatif. Sembahyang umat Hindu kepada Tuhan dengan penggunaan sarana arca, dicap sebagai kegiatan pemujaan terhadap berhala, dan penghinaan kepada Tuhan.
Tuhan tidak berwujud, tidak terpikirkan, tidak terbayangkan, diluar segala sifat yang dapat diterapkan pada diri manusia. Tuhan disebut Acintya, tak terpikirkan. Bagaimana mengatasi keterbatasan panca indera ini? Padahal, kalau mau jujur, kita tidak pernah bisa bersembahyang pada kekosongan. Saat berdoa, bersembahyang, ataupun melalukan pemujaan, pastilah pikiran kita membayangkan sesuatu figur, sosok, bentuk, wujud, konsep, atau gambaran tertentu, yang kita jadikan sebagai obyek untuk pemusatan pikiran. Bukankan demikian ? Entah itu berupa "Cahaya menyilaukan", "orang tua yang agung", "omkara" dan lain sebagainya.
Kesimpulannya, arca atau murti berbeda dengan berhala. Umat Hindu tidak menyembah berhala. Umat Hindu lebih jujur, karena berani terang-terangan memvisualisasikan Tuhan sesuai dengan pemaparan dalam Weda. Orang lain melakukan hal yang sama, tapi mereka tidak mengakui bahkan tidak menyadarinya. Jadi pada dasarnya, tidak ada salah dengan cara pemujaan umat Hindu. Karena itu, banggalah menjadi Hindu.
"Seperti halnya istilah ikon menunjukkan makna 'keserupaan' begitu pula kata-kata pratikrti dan pratima dalam bahasa Sansekerta mengandung makna 'keserupaan' antara gambar atau patung dengan dewata yang dilambangkannya. Namun kata yang umun digunakan untuk menyebut patung seperti itu adalah murti yang didefinisikan sebagai 'segala sesuatu yang memiliki bentuk dan batas tertentu,' 'suatu bentuk, badan, atau figur, ' ' sebuah perwujudan, penjelmaan, pengejewantahan.' Jadi murti lebih dari sekedar 'keserupaan', melainkan dewata sendiri yang telah mewujud,....Pemakaian kata murti dalam berbagai Upanisad dan "Bhagavad-gita" menunjukkan bahwa bentuk atau wujud itu adalah hakekat atau esensinya. Nyala api adalah murti dari api, dan sebagainya...."
Sayangnya, setelah diserap dalam bahasa Indonesia, kata arca kemudian dimaknai identik dengan kata patung atau berhala, dan sering berkonotasi negatif. Sembahyang umat Hindu kepada Tuhan dengan penggunaan sarana arca, dicap sebagai kegiatan pemujaan terhadap berhala, dan penghinaan kepada Tuhan.
Tuhan tidak berwujud, tidak terpikirkan, tidak terbayangkan, diluar segala sifat yang dapat diterapkan pada diri manusia. Tuhan disebut Acintya, tak terpikirkan. Bagaimana mengatasi keterbatasan panca indera ini? Padahal, kalau mau jujur, kita tidak pernah bisa bersembahyang pada kekosongan. Saat berdoa, bersembahyang, ataupun melalukan pemujaan, pastilah pikiran kita membayangkan sesuatu figur, sosok, bentuk, wujud, konsep, atau gambaran tertentu, yang kita jadikan sebagai obyek untuk pemusatan pikiran. Bukankan demikian ? Entah itu berupa "Cahaya menyilaukan", "orang tua yang agung", "omkara" dan lain sebagainya.
Kesimpulannya, arca atau murti berbeda dengan berhala. Umat Hindu tidak menyembah berhala. Umat Hindu lebih jujur, karena berani terang-terangan memvisualisasikan Tuhan sesuai dengan pemaparan dalam Weda. Orang lain melakukan hal yang sama, tapi mereka tidak mengakui bahkan tidak menyadarinya. Jadi pada dasarnya, tidak ada salah dengan cara pemujaan umat Hindu. Karena itu, banggalah menjadi Hindu.
Hindu dibalik Tuduhan dan Prasangka olih Suryanto, M.pd
Ilustrasi gambar : http://3.bp.blogspot.com
Labels:
Artikel
CHAT WITH US HERE !
About Me
- Peradah Indonesia Kota Semarang
- Om swastiastu, Kami Perhimpunan Pemuda HIndu Indonesia(DPK Semarang) sekretariat : Pura Agung Giri Natha, Jl. Sumbing no.12 Semarang
wibiya widget
Tags
17an
2009
Agama
Alam
Amerta Sari
Artikel
Astrologi Bali
bhagawad gita
Bhakti
Budaya
Candi
Dharma
Dharma Santi
Dosa
Download
Ekonomi
Foto
Giri Natha
Hindu
Jadwal
Kalender Bali
Karma
Kebenaran
Kegiatan
Kejahatan
Kemah
Kembali Ke Hindu
KMHS
Krisis
Kunjungan
Lobha
Lokha Sabha
Makrab
Mantra
Marga
Meditasi
Mijen
Mind
Moha
Nyepi
Odalan
Organisasi
Pancawara
Pasraman
Penyakit
Peradah
Pertanyaan
Pura
Ramalan
Rohani
Sains
Santi
Saptawara
Saraswati
Seke Gong Puspa Giri
Senam
Seni
Siwa
software
Spiritual
SSC Band
Tahun Baru
Tari
Tirta Yatra
Tlogosari
Tuhan
Veda
Vedic
Wallpaper
Website Hindu
WHDI
Wuku
Yoga