Powered by Blogger.

TULISAN TERPOPULER

Cara Berpikir Paralel menurut ajaran Sat Guru Sivaya Subramuniyaswami

Sore ini saya mendapat kunjungan dari seorang pria yang sangat baik, di asrama saya di Srilanka. Dalam percakapan kami, saya merasa sangat kagum padanya yang mampu bertahan kuat sebagai seorang yang beragama Hindu. Dia mengatakan ”Ketika kamu yakin dan percaya pada agamamu, maka kamu akan kuat.” Zaman sekarang, banyak pemeluk Hindu di AS dan Eropa yang berasal dari India dan Srilanka ketika ditanyai, ”Apakah kamu beragama Hindu ?” maka mereka akan menjawab ”Tidak. Saya bukan beragama Hindu. Saya tidak terikat pada satu aliran. Universal. Saya adalah pengikut semua agama. Saya adalah bagian dari setiap hal dan juga bagian dari setiap orang, jadi tolong jangan klasifikasikan saya pada salah satu aliran manapun.” Apakah kata-kata ini yang pantas dikeluarkan oleh seseorang yang kuat keimanannya? Tidak. Ada banyak sekali jenis-jenis pemikiran yang seperti ini, yang membuat individu tersebut menjadi lemah. Agama seharusnya dijunjung tinggi di atas segalanya. Agama seharusnya dapat memberi kekuatan dan komitmen pribadi pada individu yang bersangkutan.
Ketika seorang Hindu sudah tidak memiliki komitmen lagi dalam hidupnya, melepaskan begitu saja kesetiaannya pada Hindu, melepaskan agamanya hanya untuk alasan bisnis atau sosial agar mereka dapat diterima di lingkungannya, maka orang tersebut dapat dengan mudah berpindah ke agama lain. Walaupun sebenarnya tujuan mereka melakukan itu adalah agar ia dapat diterima dan supaya dapat berinteraksi di lingkungannya, namun dengan menunjukkan ketidakyakinannya pada agamanya sendiri berarti dia sudah membuka dirinya untuk mendapatkan berbagai pengaruh-pengaruh buruk dari luar.

Anak-anak mendengar orang tua mereka sendiri tidak mengakui agama mereka, dengan mengatakan, ”Oh, saya adalah seorang Kristiani. Saya seorang Muslim. Saya seorang Budha. Saya pengikut semua agama. Semua agama adalah satu.” Agama-agama yang ada di dunia tidaklah satu. Antara agama yang satu dengan yang lainnya sangatlah berbeda. Memang benar bahwa mereka percaya dan menyembah Tuhan. Namun, tidak semua agama memimpin umatnya untuk mencapai tujuan spiritual yang sama. Agama Kristen tidak meyakini bahwa Tuhan ada dalam diri kita sendiri. Mereka tidak meyakini bahwa Tuhan meresap dalam setiap ciptaannya. Mereka juga tidak percaya pada yoga-samadhi yang dapat mengantarkan umat Hindu untuk mencapai Tuhan dalam wujud nyata. Mereka tidak percaya pada kegaiban dalam memuja Tuhan dan para Dewa yang merupakan manifestasi Tuhan . Orang Yahudi, Kristen dan Muslim tidak percaya akan adanya punarbhawa dan karmaphala. Mereka sama sekali tidak menerima keyakinan semacam ini. Itulah beberapa hal mendasar yang membuat agama kita menjadi sangat berbeda dengan agama mereka. Banyak pemeluk Hindu dari Asia yang bepergian hingga ke Amerika, Eropa atau Afrika untuk kepentingan bisnis berpikir bahwa agar mereka dapat ditermia di lingkungannya yang baru nanti mereka harus mengingkari agama mereka. Yahudi, Kristen dan Muslim tidak pernah mengingkari agama mereka ketika mereka berada di sebuah negara baru/asing. Dan toh ternyata karir mereka tetap berjalan dengan lancar. Namun sayang sekali, ada begitu banyak umat Hindu yang menyatakan , ”Saya seorang Muslim. Saya seorang Yahudi. Saya seorang Kristen. Saya seorang Hindu. Saya seorang yang universal.” Ini merupakan kalimat yang terlalu naif. Umat Muslim tidak pernah menganggap umat Hindu ini adalah Muslim. Begitu juga dengan orang Yahudi dan Kristen. Mereka tidak pernah menganggap orang Hindu ini adalah bagian dari mereka. Umat Hindu inipun tahu bahwa mereka dilahirkan sebagai seorang Hindu dan akan mati sebagai seorang Hindu juga. Namun sayang sekali mereka rela mengorbankan warisan suci ini hanya demi kepentngan materi dan sosial intelektual semata. Sungguh sangat menyedihkan! Sungguh sebuah pemikiran yang dangkal! Pesan yang harus disampaikan dengan lantang adalah ”Jadilah umat Hindu yang kuat dan percaya sepenuhnya pada Hindu dan ketika kau melakukannya, aku akan menjadi orang yang kuat.” Ya, jadilah seorang Hindu yang kuat. Jadilah Hindu yang kuat. Jika kita mau menjaga keabadian ajaran Sanatana Dharma yang merupakan ajaran tertua di dunia ini, maka ia akan berkembang dengan cepat secepat perkembangan manusia. Kita harus dapat memeliharanya di dalam pikiran kita, menjaganya di dalam hati kita dan secara perlahan kita harus mampu ajaran kebajikan ini kepada setiap orang. Martabat kita sebagai seorang Hindu juga harus dipertahankan dan dipelihara, jangan mudah menyerah hanya karena masalah materi.
Setiap umat Hindu punya satu kewajiban besar. Kita harus dapat mewarisi ajaran ini kepada generasi Hindu berikutnya. Kemudian generasi ini akan meneruskannya lagi ke generasi berikutnya. Jika di antara dua generasi ini kita kehilangan salah satunya, maka Hindu akan kehilangan tempatnya di dunia.
Ada berapa banyak kepercayaan yang ada di bumi ini? Ada beribu-ribu kepercayaan dan keyakinan dan berkembang. Apa yang terjadi dengan Zoroastrian? Kini mereka tidak terlihat lagi. Apa yang terjadi dengan keyakinan yang berkembang pada bangsa Yunani Kuno? Mereka telah kehilangan beberapa generasi mereka. Maya Kuno, Hawai, Druid, dan Mesir Kuno pun kini tinggal sejarah.

Hindu memiliki banyak orang hebat yang telah mengorbankan jiwa dan raga mereka demi mempertahankan keberadaan agama kita , sehingga ajaran ini tetap abadi , tidak hilang ataupun musnah. Sesungghnya lebih mudah menghadapi musuh yang sedang menyerang, karena ancamannya lebih nyata. Namun ancaman yang sedang dihadapi Hindu sekarang adalah ancaman yang sifatnya lebih halus dan abstrak, namun berbahaya. Ancaman ini tidak bersifat menghancurkan ajarannya, melainkan justru mengabaikan agama demi kekayaan dan kekuasaan. Jika saja mereka mengerti , memahami dan mengetahui betapa besar peranan agama di kehidupan sekarang ini, maka mereka tidak akan dengan mudah mengingkari agama mereka sendiri. Mereka pasti akan menghargai dan bahkan membantu perkembangannya sehingga Hindu berkembang menjadi agama yang besar. Mereka tiddak mungkin membisu ketika ditanyai tentang agamanya. Mereka justru akan meneriakkan dengan lantang kebenaran ajarannya. Mereka akan menjadi Hindu yanf kuat.
Bagaimana mungkin di zaman modern seperti sekarang ini para pemeluk Hindu dapat mewariskan agam Hindu kepada generasi berikutnya , membuka diri mereka kepada umum ataupun menjawab pertanyaan yang diberikan orang-orang jika mereka tidak pernah bangga pada agamanya sendiri? Ketika kita bertanya secara pribadi kepada seorang Muslim, maka ia dengan bangganya akan menjawab ”Saya percaya pada Allah.” Begitu pula dengan yang Kristen, mereka akan menjawab dengan rasa bangga , ”Saya memuja Yesus Kristus.” Namun, sangat banyak orang Hindu yang tidak bangga saat mengatakan ”Saya percaya dan memuja Ganesha.” Agama kita meyakini akan adanya satu Tuhan dan banyak Dewa sebagai manifestasi Tuhan. Namun, rata-rata umat Hindu tidak bangga akan hal ini. Mereka merasa bahwa nantinya orang-orang akan menolak mereka, tidak menyukai mereka dan tidak mau menerima mereka di lingkungannya. Memang kemungkinan itu benar. Bahkan sangat benar. Yang pada akhirnya mereka akan mencari orang-orang yang sesama Hindu juga agar bisa diajak berinteraksi dan bekerja sama.

Kebingungan mengenai agama Hindu –apa itu Hindu dan siapa saja pemeluk agama Hindu-ini terjadi di berbagai negara, di San Fransisco, New York, China, Mumbai, New Delhi, London, di beberapa kota besar di India, AS dan Eropa di mana masyarakatnya tidak mempercayai ajaran Sanatana Dharma. Maka hal yang akan dilakukan oleh umat Hindu yang berada di tempat ini adalah mereka akan mengadopsi ajaran agama yang menjadi mayoritas di daerah tersebut. Padahal sebenarnya tidak ada seorangpun yang peduli ketika orang Hindu ini mengingkari sendiri agamanya hanya supaya dapat diterima di lingkungan kerjanya. Tak ada juga orang yang peduli ketika orang Hindu ini pulang ke rumahnya dan melakukan puja di kamar suci mereka -yang dibuat agak tersembunyi dan diberi dinding tembok yang tinggi- sehingga ketika ada kerabat mereka -yang nonHindu- datang mereka dapat menutup pintunya dengan cepat. Bukankah ini menyedihkan?

Namun orang-orang Hindu ini tetap mengajarkan kepada anak-anaknya agar mempercayai agama yang telah mereka ingkari sendiri. Mereka juga menerapkan agar anak-anaknya bersembahyang di kamar suci-yang letaknya tersembunyi di dalam rumah mereka- tadi. Anak-anak zaman sekarang tidak akan percaya semua kebohongan yang dilakukan orang tuanya. Pendidikan zaman sekarangpun telah mengajarkan agar mereka berpikir untuk diri mereka sendiri. Merekapun tentunya akan menolak untuk masuk Hindu dan mungkin begitu juga dengan orang tua mereka. Ya, kaum muda-mudi akan melakukan ini, dan setiap tahunnya hal ini berlangsung terus-menerus dan semakin bertambah. Setelah keluar dari agama Hindu, anak-anak ini tidak akan memeluk salah satu agama manapun, akibatnya mereka akan hidup sebagai orang yang tanpa agama.
Suatu saat nanti ketika mereka merasa tekanan hidup akibat perubahan industri sosial terasa terlalu sulit untuk dilalui dan ketika mereka membutuhkan Tuhan dan membutuhkan kekuatan, maka mereka tidak akan punya tempat-dan tidak juga dari orang tua mereka-. Ujung-ujungnya, mereka akan mencari pelarian dengan cara bunuh diri, seperti dengan gantung diri atau meracuni dirinya sendiri. Ini adalah fakta dan setiap tahunnya kasus seperti ini terus dan erus bertambah. Kini, kasus perceraian marak terjadi dalam Hindu. Para kaum tua telah mengatakan bahwa ”Cerai adalah sesuatu yang salah. Jangan pernah melakukan perceraian. Karena dengan bercerai sama saja anda telah menghancurkan tugas penting ini.” Sangat banyak orang tua yang telah menghancurkan tugas penting ini dengan cara tidak mampu mempertahankan agamanya. Umat Hindu kita sebaiknya jangan terlalu cepat mengambil keputusan ketika mereka sedang dalam masalah. Di sinilah peran serta orang tua dibutuhkan. Orang tua seharusnya bisa memberi saran dan masukan agae masalh itu dapat diselesaikan dengan baik. Ketika para kaum muda terjatuh, peran para orangtualah untuk membangkitkan dan menguatkan mereka lagi. Menjadikan mereka sukses, mengajarkan serta mendekatkan mereka kembali pada kebajikan ajaran Sanatana Dharma.

Tidak ada kata terlambat untuk tetap bertahan kuat menjadi seorang Hindu. Perhimpunan Hindu seharusnya memiliki Dewan Penasihat Perkawinan yang bertugas untuk menasihati pasangan suami-istri sebelum mereka memutuskan untuk bercerai. Lalu siapakah yang dapat melakukan hal ini ? Para kaum tua lah yang dapat melakukannya. Hal ini sangatlah penting dilakukan, agar anda maupun orang tua anda tidak mudah begitu saja mengikuti ajaran asing yang masuk, yang dibawa oleh umat Kristiani dari Inggris.

Ketika India dikuasai oleh Inggris yang ingin menyebarkan ajaran mereka, keberadaan agama Hindu benar-benar terancam. Ancaman itu ditunjukkan melalui 3 cara. Strategi pertama adalah dengan mempengaruhi kaum wanita agar mereka melepaskan diri dari segala urusan rumah tangga. Mereka hanya boleh fokus pada kegiatan ibadah. Mereka kemudian diwajibkan untuk bersekolah untuk diberikan pendidikan agama-asing- tadi. Mereka harus mengingkari Dharma. Strategi kedua adalah dengan membujuk kalangan pendeta untuk menghilangkan sistem kasta, yaitu dengan menyarankan agar mereka mau menerima keberadaan bangsa lain, lalu menawarkan pekerjaan dengan bayaran yang lebih tinggi, sehingga pada akhirnya para pendeta itu akan meninggalkan kuil. Dan strategi ketiga adalah dengan mayakinkan kepada semua pemeluk Hindu bahwa agama Hindu adalah agama yang sudah kuno dan ketinggalan zaman. Strategi ketiga ini merupakan strategi mereka yang paling licik dan cerdik, yaitu dengan menghina dan mencela setiap aspek yang ada dalam ajaran Hindu.
Walaupun India terus-menerus dipengaruhi oleh kepercayaan asing itu, dan berbagai cara telah mereka lakukan untuk menghancurkan dan melemahkan agama Hindu, mengatur berbagai strategi agar dapat mempengaruhi para pemeluk Hindu, namun segala usaha mereka itu sia-sia dan gagal. Hindu tidak dapat dihancurkan. Sanatana Dharma adalah ajaran yang mulia dan kekal abadi. Sanatana Dharma mengajarkan tentang samskara, yang akan selalu melekat dalam benak dan jiwa masyarakat India. Sebelumnya memang sangat sulit untuk menghilangkan pengaruh asing yang masuk tadi, namun berkat kerja sama yang baik antara seluruh umat Hindu di dunia yang selalu setia dan menjunjung tinggi Hindu, maka semua itu dapat terselesaikan hingga generasi sekarang.

Kini, pemeluk Hindu telah tersebar di setiap negara di dunia. Namun, mereka masih tetap berjuang untuk dapat hidup dan menyesuaikan diri dengan masyarakat lainnya, tanpa tahu apa yang seharusnya mereka terima dan apa yang harus mereka tolak. Banyak yang malu setelah menerima ajaran samskara dan kemudian mendapatkan ejekan dari pemuka agama lain. Lalu mereka bersembunyi dibalik ajaran asing itu dan bahkan tidak jarang ada yang memilih untuk tidak mengikuti ajaran manapun. Kerangka berpikir, pengaturan emosional dan pengetahuan yang terdapat dalam ajaran Hindu tidak mengizinkan adanya pengaruh dunia barat. Namun kenyataannya ada juga Hindu yang berada di bawah pengaruh dunia barat. Untuk mereka, saya ingin mengatakan, ”Yakinlah! Yakin dan yakin ! Yakin dan percayalah selalu pada agamamu, jangan mau menjadi korban ejekan yang akan menghancurkan agamamu, dirimu dan generasi penerusmu nanti. Hindu adalah salah satu dari agama-agama besar yang ada di dunia dan kamu adalah seorang Hindu. Jadi, kamu adalah bagina dari orang – orang hebat itu.

Sudah saatnya umat Hindu bangga pada agamanya sendiri yang merupakan agama tertua di dunia. Sudah saatnya Hindu menyatakan keyakinannya dan memprtahankannya. Sudah saatnya umat Hindu bangkit dan tetap teguh pada keyakinannya , tak peduli berapapun pengorbanan yang harus dilakukan. Sehingga dapat dihasilkan generasi penerus yang menghormati orang tua dan leluhurnya, generasi yang bangga disebut sebagai seorang Hindu, generasi muda yang punya semangat tinggi untuk meneruskan ajran Hindu ini pada generasi berikutnya dengan ide-ide baru yang cemrlang dan penuh rasa bangga. Ya, sekaranglah waktunya. Bangsa-bangsa barat telah menjadi bangsa yang pluralistik . Sekaranglah saatnya menunjukkan kebenaran. Saatnya untuk mengoreksi kembali segala kesalahan yang telah dilakukan dan saatnya untuk menyatakan diri. Percayalah, naik Islam maupun Kristen , tidak ada yang mengakui kepercayaan atmajnana seperti Hindu. Dulu, ketika kita melihat perayaan natal yang dilakukan di ashram dan kidung-kidung non Hindu dinyanyikan di satsanga , saat itu kebenaran Weda masih berada di bawah salib. Namun sekarang adalah waktunya untuk meneriakkan jati diri, meneriakkan kebenaran dan realitas diri di atas segalanya. Realisasi diri adalah di mana semua orang yang ada di dunia ini datang untuk mencari kebenaran itu. Tidak ada yang perlu ditutupi lagi. Pintu kebenenaran telah terbuka. Hindu harus maju, bangkit dan harus dapat menjadi ’prajurit’ yang dapat menjaga keeksisan ajarannya. Itulah tugas yang harus diselesaikan. Majulah dengan gagah berani. Jadilah seorang Hindu yang kuat dan prcaya diri. Untuk keluargamu, untuk leluhurmu, dan untuk generasi penerus yang ada di bumi ini.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

CHAT WITH US HERE !

Ada pertanyaan atau ingin posting artikel di blog ini ?hubungi kami disini dengan

Bayu Wardana



Arya Wibawa

About Me

My Photo
Peradah Indonesia Kota Semarang
Om swastiastu, Kami Perhimpunan Pemuda HIndu Indonesia(DPK Semarang) sekretariat : Pura Agung Giri Natha, Jl. Sumbing no.12 Semarang
View my complete profile

wibiya widget