Powered by Blogger.

TULISAN TERPOPULER

Sesarining Dharma (Intisari Dharma)

Sebab kenapa dalam kehidupan ini kita jauh dari realitas diri kita yang sejati [yang penuh kebahagiaan dan kedamaian] adalah karena kita SALAH PIKIRAN. Kita mengira harga diri kita yang paling penting, kita mengira melampiaskan marah itu yang paling penting, kita mengira nafsu seks itu yang paling penting, kita mengira banyak uang itu yang paling penting, kita mengira kekuasaan itu yang paling penting, kita mengira badan kita ini yang paling penting, kita mengira menuruti pikiran dan perasaan negatif kita yang paling penting, dll, banyak sekali. Janganlah kemudian kita pergi ke alam kematian [mati] dengan salah pikiran seperti itu, karena kita akan dibuat sangat sengsara di alam kematian. Sukur-sukur kalau kemudian kita masih bisa balik terlahir lagi ke kehidupan ini menjadi manusia, celakalah kalau kita terlahir ke alam-alam bawah [Bhur Loka] menjadi ashura atau lahir sebagai binatang.

Sehingga tugas besar kita dalam hidup ini adalah meruntuhkan tembok-tembok pertahanan diri [ke-aku-an] yang bernama pemikiran-pemikiran dan perasaan negatif yang dimunculkan oleh badan dan pikiran. Melatih diri dan membiasakan diri sepanjang perjalanan kehidupan ini adalah faktor penting yang menentukan.

SADHANA SEBAGAI POKOK DASAR TERPENTING DARI SELURUH AJARAN DAN PRAKTEK DHARMA

Pokok dasar yang terpenting dari semua ajaran dan praktek di jalan dharma adalah sadhana yang dilaksanakan dan dibiasakan dengan sungguh-sungguh. Dan sadhana ini kalau diperas dan di-intisarikan, menjadi empat saja, yaitu :

1. Pikiran yang bebas dari dualitas.

Ciri manusia yang bathinnya sudah siap memulai evolusi bathinnya di jalan dharma adalah pikiran yang bebas dari dualitas hidup-mati, benar-salah, menyenangkan-tidak menyenangkan, suci-kotor, bahagia-sengsara, tinggi-rendah, dll. Karena dalam kehidupan : semua orang melewati bahagia & sengsara, pernah dipuji & direndahkan, melewati sakit & sehat, pernah sukses & gagal, dll. Karena demikianlah kehidupan, selalu ada Rwa Bhinneda. Pesan tetua kita dalam Rwa Bhinneda : menolak kesedihan adalah kesengsaraan, mengejar kebahagiaan adalah malapetaka. Ketika bathin kita kita berhenti diguncang oleh dualitas, kehidupan menjadi indah sekaligus damai & bahagia. Pikiran dan perasaan kita tetap tenang dan shanti [damai] pada apapun yang terjadi dalam kehidupan. Inilah tangga pertama.

2. Welas asih dan kebaikan tidak terbatas kepada semua.

Puncak dari kebahagiaan dan kedamaian bathin [jivan-mukti] hanya bisa direalisasi dengan membangun sifat penuh welas asih dan kebaikan dalam bathin kita. Sehingga kalau seluruh ajaran dharma diminta di-intisarikan menjadi satu saja, maka hal itu adalah welas asih dan kebaikan yang tidak terbatas kepada semua.  Kalaupun masih belum bisa melakukan kebaikan, cukup jangan menyakiti [ahimsa].

Semakin kita peduli dengan kebahagiaan mahluk lain, semakin berkembang kesegaran bathin kita. Sikap bersahabat, tidak curiga [berprasangka negatif], murah hati, suka membantu, rajin memberi, kerelaan diri, penuh pengertian dan penuh kasih sayang kepada mahluk lain, bukan saja menyegarkan bathin mereka, tapi sekaligus membuat cahaya bathin kita sendiri terang-benderang. Sayangi, sayangi dan sayangi apa saja dan siapa saja, apapun yang terjadi dalam kehidupan. Menyayangi suami yang baik, itu manusia biasa – tapi bisa menyayangi suami yang selingkuh, itu tanda-tanda bathin terang yang mulai bergerak mendekati pembebasan. Menyayangi teman kantor yang baik, itu manusia biasa – tapi bisa menyayangi teman kantor yang menyakiti dan memfitnah kita, itu tanda-tanda bathin terang yang mulai bergerak mendekati pembebasan. Sadari hal ini setiap saat-setiap waktu, tugas kita satu : sayangi, sayangi dan sayangi. Inilah tangga kedua.

3. Pikiran yang bebas dari Sad Ripu.

Tangga pertama dan kedua adalah faktor yang sangat menentukan bagi kita untuk melenyapkan rasa takut, mumet dan pikiran-pikiran negatif lainnya, yang memudahkan kita mengatasi setiap hambatan kekotoran bathin di jalan menuju pembebasan.

Kenapa kita marah dan dendam ? Kenapa kita sedih ? Kenapa kita membenci dan memusuhi ? Kenapa kita penuh rasa curiga ? Kenapa kita selingkuh ? Kenapa kita korupsi ? Karena kita tidak tahu atau lupa dengan realitas diri kita yang sejati. Bersihkan pikiran dari kemarahan, iri hati, dendam, kesombongan, keinginan, hawa nafsu, keserakahan, dll. Bayangkan kalau seluruh rasa marah, dendam, iri hati, nafsu keinginan, curiga, tidak rela, tidak puas, serakah, dll, lenyap dari bathin kita. Apa yang terjadi ? Yang muncul dalam bathin hanya kebahagiaan kedamaian. Inilah tangga ketiga.

4. Laksanakan svadharma [tugas kehidupan].

Setelah kita memahami aspek-aspek inti yang musti kita kembangkan, svadharma dalam hidup bisa akan berjalan alami, sekaligus membimbing kita menuju penerangan. Karena hidup ini sendiri adalah dharma. Kehidupan dan alam semesta berputar melalui hukum-hukum kerja.

Di jalan dharma tidak ada pemisahan antara tugas-tugas kehidupan kita dengan upaya kita merealisasi moksha [pembebasan]. Penolakan akan tugas-tugas kehidupan kita akan menjauhkan bathin kita dari kebahagiaan dan kedamaian sejati. Hanya melaksanakan kerjalah yang bisa membebaskan kita, bukan menolak untuk bekerja. Karena itu tidak hanya ngayah dan sembahyang ke pura adalah jalan dharma, tidak hanya meditasi adalah jalan dharma, melaksanakan kerja-pun juga adalah jalan dharma. Burung-burung bekerja giat mencari makan untuk anak-anaknya, monyet-monyet bekerja giat mencari kutu dan membersihkan bulu anak-anaknya. Semua dilakukan tanpa keluhan, tanpa protes. Disana kerja bukan saja wujud nyata welas asih dan kebaikan, tapi sekaligus jalan menuju paramashanti.

Dengan bekerja manusia melakukan yoga. Secara lebih khusus karena melalui langkah-langkah kerja kita membuat yang mahasuci menjadi nyata. Diri kita sudah tidak penting lagi, yang penting adalah mahluk lain. Tidak hanya di pura kita ngayah [terbatas], tapi seluruh gerak nafas dalam kehidupan kita menjadi ngayah. Laksana sungai yang tekun melaksanakan tugasnya dalam hening, mengalir sempurna menuju lautan pembebasan. Inilah tangga keempat.

YOGA SEBAGAI LANGKAH PUNCAK

Yoga adalah beberapa jenis metode [bhakti yoga, raja yoga, jnana yoga, shakti yoga] yang bisa sangat membantu percepatan kita merealisasi kesadaran dan pembebasan. Dengan catatan, metode yoga manapun akan dangkal dan gagal kalau tidak berlandaskan sadhana yang kuat.

Sadhana yang sudah dilaksanakan dengan sempurna, walaupun tanpa mempraktekkan yoga, itu saja sudah bisa membawa kita merealisasi pembebasan. Sebaliknya yoga manapun tidak akan banyak membantu kalau tanpa dilandasi sadhana yang kokoh. Sembahyang, meditasi, upakara keagamaan, japa mantra, tirtayatra, dll, tanpa pemahaman akan diri sendiri [atma jnana], mahluk lain [welas asih] dan kehidupan [svadharma], itu hanya menipu diri sendiri. Yoga seperti itu hanya jadi pelarian manusia dari ketakutannya pada kehidupan atau kematian.

Mempraktekkan sadhana dengan cukup baik adalah landasan dasarnya. Hanya dengan cara begitu jalan yoga kemudian akan bisa efektif, sangat membantu percepatan bathin kita dalam merealisasi kesadaran dan pembebasan.

TAT TVAM ASI

Tidak ada aku dan kamu. Tidak ada kita dan mereka. Tidak ada milikku dan milikmu. Tidak ada badanku dan badanmu. Tidak ada pikiranmu dan pikiranku. Tidak ada perasaanku dan perasaanmu. Nirahamkarah [lenyapnya ke-aku-an] dan bathin lebur dalam welas asih dan kebaikan yang tidak terbatas kepada semua. Di titik ini kita akan mengerti, dalam bathin kita ada bagian yang tidak pernah lahir dan tidak pernah mati, dalam kedamaian dan keseimbangan bathin yang sempurna. Itulah yogi tingkat tinggi yang sudah sadar akan realitas diri yang sejati. Bebas dari belenggu yang dimunculkan oleh badan dan pikiran. Bebas dari roda samsara [kelahiran-kematian].

Rumah Dharma – Hindu Indonesia

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

CHAT WITH US HERE !

Ada pertanyaan atau ingin posting artikel di blog ini ?hubungi kami disini dengan

Bayu Wardana



Arya Wibawa

About Me

My Photo
Peradah Indonesia Kota Semarang
Om swastiastu, Kami Perhimpunan Pemuda HIndu Indonesia(DPK Semarang) sekretariat : Pura Agung Giri Natha, Jl. Sumbing no.12 Semarang
View my complete profile

wibiya widget