Powered by Blogger.

TULISAN TERPOPULER

Sadhana sederhana ala tetua Bali by Rumah Dharma - Hindu Indonesia


Dalam kehidupan sehari-hari, pikiran dapat dimurnikan dengan keramahan dan kehangatan kepada mereka yang sedang bahagia, welas asih dan kebaikan kepada mereka yang sedang sengsara, mendukung dan membantu orang-orang yang baik hati, serta tidak menghakimi dan menilai [bersikap netral] kepada orang-orang yang kita rasa jahat atau salah.
[Yoga Sutra 1.33]

Ada seorang sahabat di Facebook yang datang kepada saya dan berkata, ”saya kurang memahami ajaran dharma, tolong berikan kepada saya cara sadhana [disiplin religius] yang sederhana dan mudah diingat, tapi sekaligus mendalam. Biar saya praktek-kan secara sungguh-sungguh setiap saat”.

Menjawab pertanyaan seperti ini, sangat layak bila kita menengok kembali pedoman sederhana dari tetua kita di Pulau Bali. Jaman dahulu  sarana komunikasi tidaklah semudah sekarang. Tidak ada percetakan yang dalam sekejap bisa mencetak ribuan buku, tidak ada tv, tidak ada internet, dll. Terlebih lagi jaman dahulu banyak sekali orang yang buta huruf dan pola pikirnya sederhana. Sehingga oleh para tetua kita yang bijak, dalam berbagai segi ajaran dharma berusaha diajarkan sesederhana mungkin agar mudah dipahami dan diingat, sehingga mudah juga dilaksanakan.


Misalnya di banyak desa-desa tua di Bali, sadhana disimpulkan sebagai tiga hal saja, yaitu : kesabaran mendalam, baik hati dan selalu tersenyum pada apapun yang terjadi. Sederhana dan mudah diingat, tapi kalau dilaksanakan dengan tekun dan sungguh-sungguh setiap saat, ini ajaran dharma yang mendalam.

-KESABARAN MENDALAM-



Dalam banyak kejadian, kesabaran tidak cukup kuat untuk meniadakan kemarahan dan kebencian, sehingga terperosoklah manusia ke dalam roda lingkaran kebencian yang tidak mengenal musim. Bagi yang tersakiti, ia menumbuhkan luka bathin dan energi dendam yang sewaktu-waktu bisa meledak. Bagi yang menyakiti, ia menghadirkan ancang-ancang kebencian juga, karena merasa akan dibalas. Yang paling menyedihkan, ia menumbuhkan rasa tidak percaya dan saling mencurigai dalam jangka waktu panjang.

Manusia umumnya rindu kebahagian dan menolak penderitaan untuk kemudian kehilangan dua kesempatan emas dalam hidup. Pertama kehilangan kekuatan yang sangat besar dari dalam diri bernama kesabaran dan kerelaan. Kedua, justru melalui tempaan-tempaan penderitaan itulah bathin manusia bisa ditempa menjadi kuat dan tangguh.

Penderitaan tidaklah seburuk yang kita kira. Bahkan di jalan dharma, penderitaan adalah pembuka jalan menuju penerangan, karena :

1. Penderitaan adalah kesempatan untuk membayar hutang karma. Salah satu sebab kita lahir ke dunia adalah karena kita harus membayar hutang karma. Jatuh sakit, kena musibah dan disakiti orang lain adalah kesempatan untuk membayar hutang karma. Hutang karma kita kepada orang lain, mahluk lain, alam semesta dan kesalahan2 masa lalu. Siapa saja yg melawannya dengan protes dan kemarahan, tidak saja gagal membayar hutang karma, tapi bisa jadi malah membuat hutang karma yg baru. Sebaliknya siapa saja yang bisa menyambutnya dengan damai, penuh welas asih dan hati yang bersih, ia sedang membayar hutang karma untuk kemudian bebas.

2. Penderitaan adalah kesempatan untuk memurnikan bathin. Tidak mungkin kita menjadi sabar dan bijaksana dengan hanya sebatas paham dan hafal buku suci. Tidak mungkin kita menjadi sabar dan bijaksana dengan hanya sebatas belajar dari satguru. Kesabaran dan kebijaksanaan paling mungkin diajarkan oleh kehidupan yang berat-sulit atau oleh orang-orang yang mencaci dan menyakiti kita. Tapi dengan syarat, kita bisa diam dan tidak marah. Rasa sakit hati, marah, tidak puas, benci, apalagi iri hati adalah sebuah pertanda alamiah bahwa bathin kita masih banyak kerak-kerak kotornya. Kualitas bathin kita tidak mungkin bisa bertambah bersih kalau kita tidak pernah menderita, kesusahan, dicaci, dihina dan disakiti. Rasa terganggu, rasa sakit, kesedihan dan penderitaan bukan alasan untuk memicu kemarahan dan ketidakpuasan, melainkan latihan dan pembersihan yang membuat bathin kita semakin jernih, sabar, tenang dan bijaksana dari hari ke hari. Sehingga segala bentuk penderitaan bukanlah racun dalam kehidupan kita, tapi kekuatan kebaikan yang membukakan cahaya kesadaran di dalam diri kita.

Banyak yang salah memahami kesabaran sebagai sebuah kelemahan dan kesalahan, padahal kesabaran merupakan sebuah kekuatan “dari dalam” yang dapat membuat bathin manusia demikian kuat dan tangguh, yang membuka jalan guna merealisasi pikiran tenang-seimbang. Karena dari kesabaran inilah kemudian kejernihan, keheningan dan kedamaian mulai bisa bersemi dalam bathin. Ini bukanlah satu pilihan hidup bagi orang yang berhati lemah, melainkan bagi para pemberani. Karena kalau bisa damai, sejuk dan tidak menyakiti saat dipuji dan dihormati itu anak TK juga bisa. Tapi kalau bisa tetap damai, sejuk dan tidak menyakiti saat dicerca dan dilecehkan, itulah mereka yang memiliki bathin dewa [daiwa sampad], sekokoh batu karang dan sejernih mata air.

Kesabaran itu terbatas atau tidak terbatas ? Terserah diri kita sendiri. Kalau kesabaran kita terbatas, kita sedang membuat diri kita menjadi manusia. Tapi kalau kita bisa membuat kesabaran kita tidak terbatas, kita sedang membuat diri kita mendekati sifat-sifat Brahman. Karena salah satu ciri Brahman itu adalah tidak terbatas.

-BAIK HATI -



Hidup kita, seluruh eksistensi kita sebagai mahluk, mulai dari lahir sampai mati, sesungguhnya dipenuhi oleh welas asih dan kebaikan orang lain dan mahluk lain.

Kalau kita sering-sering bertengkar dengan orang tua, tidak cocok dengan tetangga, konflik dengan keluarga, dll, itu pertanda kita "sakit" secara spiritual. Dan obat penyembuhan terbaik di jalan dharma adalah welas asih dan kebaikan kita untuk orang lain dan mahluk lain. Manah shanti [peace of mind] baru bisa muncul tunasnya di dalam bathin ketika kita mulai menemukan kebahagiaan dalam membahagiakan orang lain. Ketika kita dengan tekun mempraktekkan welas asih dan kebaikan dalam keseharian, kita tidak saja sedang menyegarkan bathin orang lain, tapi kita juga sedang menyegarkan bathin kita sendiri. Dan sesungguhnya welas asih dan kebaikan [karma baik] inilah sumber keselamatan yg berlaku abadi.

Umumnya sebagian besar hidup kita isi dengan kegiatan untuk untuk MENDAPAT [uang, jabatan, kasih sayang, berkah, kepuasan seks, makan, masuk surga, dll]. Tapi langkah pertama di jalan dharma adalah MEMBERI [tidak hanya materi, tapi senyuman, pertolongan, kerelaan, kebaikan, dll juga pemberian]. Memberi, memberi dan memberi. Karena dengan memberi kita akan mengalami tahap-tahap pemurnian bathin. Dalam logika orang duniawi, memberi akan membuat kita tidak mendapat apa-apa. Tapi dalam pengalaman para yogi, kita justru menjadi kaya secara spiritual setelah banyak memberi. Karena dengan memberi kita belajar memperkecil ke-aku-an [ahamkara], belajar melepaskan dan belajar terhubung secara kosmik dengan segala yang ada.

Kalau kita ingin bahagia, praktek-kan welas asih dan kebaikan. Kalau kita ingin orang lain bahagia, praktek-kan welas asih dan kebaikan. Pelindung dan sumber keselamatan terbaik dalam hidup ini dan dalam roda samsara adalah welas asih dan kebaikan yang telah dilaksanakan. Karena setiap perbuatan, perkataan atau pikiran yang keluar akan bergaung ke dalam bathin, sekaligus membuka pintu baru dalam hidup. Bila perbuatan, perkataan atau pikiran yang bergaung adalah kebencian, maka pintu yang terbuka untuk kita juga adalah kebencian. Bila perbuatan, perkataan atau pikiran yang bergaung adalah welas asih, maka pintu yang terbuka untuk kita juga adalah welas asih.

Ketika kita melakukan kebaikan, kita tidak saja sedang menolong orang lain tapi kita juga sedang membangunkan sifat-sifat baik di dalam diri kita. Siapa saja yang tekun dan rajin melakukan kebaikan, melakukan kebaikan dan melakukan kebaikan, suatu hari kelak akan benar-benar menjadi baik. Walaupun awalnya terpaksa atau hanya ikut-ikutan, kalau tekun dilaksanakan kelak kita akan benar-benar menjadi orang yang baik.

Kebaikan adalah membantu orang lain atau membuat orang lain merasa lebih bahagia atau senang. Wujud kebaikan bisa dimulai dalam hal-hal kecil, misalnya kita melihat ada sampah tidak dibuang di tong sampah, kita bantu masukkan ke tong sampah. Atau ada keran yang airnya sudah penuh dan melimpah, kita bantu matikan. Atau tersenyum ramah kepada orang lain, itu juga suatu bentuk kebaikan. Kelihatannya sepele, tapi itu adalah bagian dari mendidik diri untuk penuh dengan kebaikan.

Kebaikan adalah mengurangi penderitaan para mahluk. Bisa dimulai secara sederhana setiap saat : tidak membalas bentakan orang tua, tidak marah pada suami atau istri yang marah, tidak menyakiti anak yang nakal, tidak melawan pada yang merendahkan kita, dll. Itu semua sudah mengurangi penderitaan orang lain.

Kebaikan yang kita lakukan tidak selalu mendapat respon berupa kebaikan. Kadang-kadang malah kebaikan dibalas dengan kejahatan. Dan ini adalah hukum alam. Seperti kalau kita menanam rumput jepang di halaman rumah kita, tidak semuanya tumbuh rumput jepang, ada juga ikut tumbuh rumput liar dan tanaman liar. Dan kita musti selalu sadar dengan hukum alam ini. Apapun yang terjadi, terimalah dengan senyuman damai.

Kebaikan kadang diikuti oleh nasib buruk, tapi nasib buruk bukan alasan untuk menghentikan kebaikan. Terutama karena perjalanan menuju penerangan dan pembebasan memerlukan dua syarat, tabungan karma baik yang berlimpah serta kebijaksanaan yang mendalam. Sehingga selalulah ingat dan jangan pernah ragu, setiap kali ada yang memerlukan uluran tangan kita atau setiap kali kita bisa membuat orang lain lebih bahagia, lega, terhibur atau senang, katakan ke diri sendiri : KESEMPATAN MEMBANTU ITU SEDIKIT, JARANG KITA BISA MEMILIKINYA, JADI LAKUKANLAH TANPA SEDIKITPUN RASA ENGGAN ATAU KERAGUAN.

-BANYAK TERSENYUM-



Senyuman memiliki nilai penting di dalam upaya untuk merealisasi keseimbangan bathin dan melampaui dualitas. Siapapun yang datang dan muncul dalam perjalanan kehidupan, apapun yang terjadi, tugas kita adalah tersenyum.

Coba rasakan beda antara kondisi bathin kita sedang stress, depresi, sedih atau marah dibandingkan dengan kondisi bathin ketika kita tersenyum. Sangat berbeda bukan ? Dalam kondisi bathin kita sedang stress, depresi, sedih atau marah semua ingatan akan dharma beserta keluhurannya lenyap, menghilang, terlupakan. Dalam senyuman yang tulus, ikhlas dan penuh rasa syukur, bathin cenderung damai, tenang-seimbang.

Banyak sekali manfaatnya kalau kita bisa mendidik diri untuk selalu tersenyum dalam setiap keadaan, apapun yang terjadi. Punya uang disambut dengan senyum damai, tidak punya uang juga disambut dengan senyum damai. Lagi sehat disambut dengan senyum damai, lagi sakit juga disambut dengan senyum damai. Dipuji orang disambut dengan senyum damai, difitnah dan dicaci orang juga disambut dengan senyum damai. Dll.

Apapun sembahyang, mantram, upakara atau yajna kita, selalu ditutup dengan mantram paramashanti : semoga semua damai damai damai. Seolah tidak henti-hentinya mengingatkan bahwa dalam hidup ini, apapun yang terjadi kita harus selalu sejuk dan damai. Karena hanya mereka yang bathinnya sejuk dan damai, hidupnya damai dan matinya juga damai dan penuh keindahan. Mengapa senyuman sangat penting ? Karena ia tidak hanya berguna bagi yang melihatnya, ia malah lebih berguna bagi pemilik senyuman itu. Karena senyuman menjadi jembatan antara sang diri dengan mahluk lain dan kehidupan.

Apapun alasannya, senyuman selayaknya selalu bersemi. Ibarat mobil yang rusak mengkarat karena tidak pernah dipakai, senyuman juga demikian. Tanpa digunakan, ia akan merusak hubungan kita dengan orang lain, membuat pintu hati kita tertutup rapat dan membuat kehidupan menjadi penuh karat, berdebu dan kurang bermanfaat. Awalnya memang penuh rasa terpaksa. Tapi begitu menjadi kebiasaan dalam hidup, bunganya akan mekar, bersemi dan bercahaya menerangi semua.

PEMURNIAN BATHIN YANG MENDASAR

Jaman dahulu di Bali kebanyakan orang bathinnya bersih. Walaupun ketelanjangan dimana-mana, bahkan mandi-pun bersama-sama ramai-ramai, tapi tidak ada orang selingkuh dan tidak ada prostitusi [pelacuran]. Tuntutan hidup tidak banyak dan mayoritas petani, sehingga tidak ada yang korupsi dan mencuri. Tidak ada perebutan posisi dan jabatan, yang ada malah orang menolak-nolak diberikan posisi dan jabatan karena tanggung jawabnya besar.

Bagi mereka yang bathinnya bersih dan dalam hidupnya tidak tertarik melakukan hal yang aneh-aneh [selingkuh, korupsi, mencuri, berkelahi berebut posisi jabatan, dll], cukup hanya dengan sadhana sederhana yang dilaksanakan secara sungguh-sungguh : kesabaran mendalam, baik hati dan selalu tersenyum pada apapun yang terjadi, ketika meninggal dia bisa memasuki alam-alam luhur [menjadi dewa hyang] dan besar kemungkinan bisa bebas dari roda samsara [tidak terlahir kembali].

Tapi di jaman modern ini kondisinya sudah berbeda, godaan diluar banyak sekali. Mulai dari godaan narkoba, godaan seks, godaan perselingkuhan, godaan uang [korupsi, penipuan, pencurian, dll], godaan kekuasaan dan banyak lagi lainnya. Walaupun demikian, sadhana sederhana ala tetua Bali ini masih tetap berlaku dan layak untuk diterapkan : kesabaran mendalam, baik hati dan selalu tersenyum pada apapun yang terjadi.

Kalau kita bisa melaksanakannya secara tekun dan sungguh-sungguh, kita akan mengalami banyak sekali pembersihan-pembersihan bathin yang sangat penting. Karena ini akan membuat kita menyelesaikan tugas pertama kita [paling penting mendasar] di jalan dharma, yaitu : memadamkan api kemarahan, rasa tidak-suka, ketersinggungan, kebencian, dendam dan iri hati, serta menyalakan cahaya welas asih dan kebaikan di dalam bathin.

PENUTUP

Ketika kesedihan dan penderitaan datang dalam hidup kita, kita memerlukan kekuatan untuk kesabaran, kerelaan dan pengorbanan diri. Ketika kebahagiaan datang dalam hidup kita, kita juga memerlukan kekuatan untuk bisa berbagi kebahagiaan dengan yg lain. Karena kesabaran menimbulkan ketenangan, rajin melakukan kebaikan menimbulkan kesejukan dan senyuman menimbulkan kedamaian.

Ini cara sederhana tapi sangat efektif. Kalau kita tekun melaksanakan semua ini dalam keseharian, tidak saja evolusi bathin kita akan maju pesat, tapi juga ini yang akan membimbing bathin merealisasi manah shanti dan sekaligus kita juga akan banyak diselamatkan dari bahaya-bahaya kehidupan yang menjerumuskan.

Kalau kita tidak punya banyak kesempatan untuk belajar dharma atau sulit memahami ajaran dharma, cukup ingatlah satu hal saja :
"kapan saja dan dimana saja, kita harus selalu sadar, selalu eling [ingat], selalu disiplin di dalam melaksanakan sadhana [disiplin religius] sederhana ala tetua Bali ini : kesabaran mendalam, baik hati dan selalu tersenyum pada apapun yang terjadi".

Semoga pikiran yang damai-harmonis-tenang-seimbang [manah shanti] itu dapat mulai terealisasi. Aum Shanti.

Rumah Dharma - Hindu Indonesia alamat di http://www.facebook.com/notes/rumah-dharma-hindu-indonesia/sadhana-sederhana-ala-tetua-bali/10150184614081722
Wraspati Pahing Kulantir, 19 Mei 2011




Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

CHAT WITH US HERE !

Ada pertanyaan atau ingin posting artikel di blog ini ?hubungi kami disini dengan

Bayu Wardana



Arya Wibawa

About Me

My Photo
Peradah Indonesia Kota Semarang
Om swastiastu, Kami Perhimpunan Pemuda HIndu Indonesia(DPK Semarang) sekretariat : Pura Agung Giri Natha, Jl. Sumbing no.12 Semarang
View my complete profile

wibiya widget